Tjatur Sapto Edi

Fraksipan.com – Anggota Komisi VII dari fraksi PAN DPR RI Tjatur Sapto Edy menghitung di Indonesia kebutuhan benih kentang rata-rata per tahun sebanyak 108 ribu untuk area budidaya kentang seluas 72.000 hektar, sedangkan ketersediaan benih kentang bersertifikat nasional saat ini baru mencapai 15% sehingga masih terbuka untuk memenuhi kebutuhan bibit kentang dalam negeri.

Sementara itu biaya pengadaan benih kentang cukup tinggi, yaitu sekitar 40–50% dari total biaya produksi kentang, sehingga petani terkadang memilih menyisihkan sebagian hasil panen untuk benih musim tanam berikutnya. Salah satu penyebab rendahnya produksi kentang adalah rendahnya penggunaan benih kentang berkualitas karena ketersediaannya yang terbatas.

“Teknonologi ex vitro ini mampu menekan biaya produksi benih hingga 50 persen hingga petani lebih untung,” katanya, Jum’at (20/1/17) Sebagaimana dilansir laman suaramerdeka.com.

Pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan inovasi dan layanan teknologi untuk masyarakat, satu di antaranya memberikan pelatihan cara pembuatan bibit kentang yang cepat, murah dan mudah kepada petani kentang di Wonosobo ini.

”Kami ingin petani kentang di Wonosobo maju. Dengan biaya produksi rendah menghasilkan hasil panen melimpah maka para petani akan untung,” ujar anggota DPR RI dari PAN itu.

Teknologi kultur ex vitro merupakan teknologi perbanyakan tanaman yang didasari teknologi perbanyakan secara in vitro, dimanan tahapan yang dilakukan dalam kultur ex vitro sama dengan tahapan kultur in vitro yaitu pemilihan tanaman induk yang berkualitas dan bebas hama penyakit, pencucian dengan bahan surfaktan untuk menghilangkan kontaminan yang menempel dan membuka pori-pori sel, yang mampu membunuh jamur dan bakteri, inkubasi dalam media tanam dalam ruang inkubator pada suhu dan
kelembaban terkontrol. (ed)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here