Sri Rabitah, TKI Korban Pencurian Ginjal

Fraksipan.com – Nasib Sri Rabitah (25), TKI asal Dusun Lokok Ara, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara yang kehilangan ginjal saat bekerja di Doha, Qatar mengundang keprihatinan banyak pihak, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengaku prihatin dan meminta Pemerintah mengambil tindakan tegas atas dugaan perdagangan manusia yang menimpa Sri.

“Jika betul bahwa dia kehilangan ginjal karena ‘diambil’ oleh majikannya, pemerintah harus mengambil tindakan tegas. Modus seperti ini tentu sangat menyedihkan, mengkhawatirkan, dan memprihatinkan. Tidak ada jaminan keselamatan dan perlindungan TKW kita di luar negeri,” kata Saleh kepada wartawan, Senin (27/2/17).

“Ini tidak bisa dibiarkan. Walau hanya satu organ tubuh yang diambil, ini sama dengan human trafficking. Apa pun alasannya, modus seperti ini tidak bisa diterima. Tidak manusiawi,” sambungnya.

Anggota DPR RI dari PAN ini menegaskan, BNP2TKI dan Polri seharusnya melakukan investigasi untuk menelusuri pihak-pihak yang terkait dengan masalah Sri. Saleh mendesak pemerintah menyelidiki perusahaan penyalur Sri, PT BLK-LN Falah Rima Hudaity Bersaudara, agen penempatan TKI di luar negeri serta majikan Sri di Qatar.

“BNP2TKI semestinya segera melakukan investigasi untuk menelusuri pihak-pihak yang terlibat. Mulai dari perusahaan yang memberangkatkan, agen penempatan di luar negeri, bahkan sampai majikan yang terlibat,” tegasnya.

Jika Sri diberangkatkan secara resmi ke Qatar, kata dia, seharusnya mudah dilacak. Sebab, pemerintah memiliki wewenang untuk memberikan surat izin penempatan TKI di luar negeri.

“Kalau Sri Rabitah berangkat secara resmi, tentu jejak pemberangkatan dan penempatannya akan mudah dilacak. Sebab, pemerintah tetap memiliki otoritas untuk mengeluarkan izin,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga didesak untuk meningkatkan kewaspadaan agar kasus Sri tidak terjadi lagi. Seluruh pekerja, lanjut Saleh, harus mendapatkan jaminan perlindungan dan keamanan bagi para pahlawan devisa ini selama bekerja di luar negeri.

“Pemerintah juga dituntut untuk meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan agar kasus yang sama tidak terjadi lagi. Seluruh pekerja Indonesia di luar negeri harus mendapatkan jaminan perlindungan dan keamanan. Kalau tidak ada perlindungan dan keamanan, mereka tidak sepatutnya dikirim untuk bekerja di sana,” tutup dia.

Sebelumnya diketahui, Sri beberapa tahun lalu sempat bekerja di Doha, Qatar. Diduga, ginjalnya diambil saat itu bekerja di negara yang berada di kawasan Timur Tengah itu. (ed)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here