Fraksipan.com – Konferensi Pers Presiden Jokowi di Istana Negara yang menyatakan adanya aktor politik yang menunggangi aksi demo bela Islam 4 November disesalkan sejumlah kalangan tak terkecuali kalangan anggota DPR RI.
“Ciri pemimpin yang bertanggung jawab, cari penyebabnya apa, kemudian memberikan solusi, itulah sebaik-baik pemimpin,” tandas ketua Komisi XI Achmad Hafisz Tohir di Jakarta, Minggu (6/11).
Hafizs menambahkan Sebenarnya, demo umat Islam kemarin tidak berlebihan dan sederhana saja tuntutannya.
“Sederhana saja, Ahok periksa, dan sebagai presiden dia harus bisa mengambil hati pemilihnya dulu sewaktu Pilpres. Kan kemarin yang demo itu rakyat proletar semua, kelas menengah sedikit sekali, bahkan elitenya hanya ulama bukan gerbong politik yang punya kepentingan. Rakyat proletar itu 75 persen pendukung Jokowi kemarin itu. Karena rakyat proletar terkesima dengan politik pencitraan Jokowi yang suka masuk got,” sindir anggota DPR RI PAN ini.
Menurutnya, pernyataan Jokowi dapat berimbas pada stabilitas politik kedepannya.
“Statemen Jokowi yang tidak bijak seperti itu bisa memperkeruh keadaan. Jokowi mau maen save, tapi sayang dia gak sadar bahwa selama ini dia telah berlakukan standard ganda,” tegas dia.
Kita bandingkan, kata dia, pembakar Masjid di Papua dia terima di Istana. Ulama-ulama yang mendemo sang penista agama malah dia tolak di Istana.
“Ulama-ulama yang datang kemarin itu hadir dari Sabang sampai Merauke, masa tidak dihargai oleh sang pemimpinnya sendiri? Kalau sudah dari Sabang sampai Merauke itukan miniaturnya Indonesia (Bhinneka tunggal Ika). Bhinneka Tunggal Ika hadir ke istana kok ditolak? Itu sama saja dengan mengoyak Bhinneka itu sendiri,” tandas eks Ketua Komisi VI DPR RI ini.
Menurutnya, Presiden belum menyadari bahwa republik ini sedang krisis multidimensi.
“Presiden mestinya berperan kuat untuk mengatasi krisis multidimensi yang sedang terjadi saat ini. Secara konstitusional Presiden sebagai kepala negara harus tampil sebagai problem solver, bukan malah memperkeruh situasi dalam hal kasus penistaan agama ini oleh Ahok,” ujar Hafisz Tohir. Pungkasnya (ed)